Kawan, saudara saya. Hanya waktu yang membedakan usia. Kita tumbuh bersama di tengah sebuah generasi dimana dulunya tawa bersama itu sangat langka, tapi kini semua berubah saat kawan-kawan mulai berdatangan dan menawarkan sejuta senyum. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali kita anggap bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga sering kita anggap bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua untuk dapat saling memahami.
Di negeri permai ini, sering kali kita dengar bahwa cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Banyak orang beranggapan Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan saudara kita adalah sumber utama kebahagiaan kita. Tapi kali saya ingin katakan bahwa itu hanyalah sebuah mitos untuk kita.
Hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Cinta adalah kesungguhan yang tidak terbatas oleh sesuatu apapun.
Kawan, belakangan ini semua terasa tidak menentu, disatu sisi saya ingin terus bersama kalian menjalin guratan tawa dan menagis bersama kalian tapi dilain sisi saya juga harus meninggalkan kalian untuk sebuah tanggung jawab yang lebih besar. Ketahuilah bahwa saya berat meninggalkan bukan berarti saya tidak percaya akan kesungguhan kalian untuk memikul beban moril diorganisasi ini, sungguh saya sangat yakin kalau kawan-kawanku semua bisa memberikan yang lebih baik.
Untuk seniorku Zulkarnaen Musada, kutitipkan adinda-adinda kita yang sangat saya sayangi, tolong bimbinglah mereka, jadikanlah adinda kita menjadi serang jurnalis yang bertanggung jawab dan bisa menjadikan deadline menjadi sesuatu yang sakral. Untuk saudara seperjuangan perekrutanku, Iibhe, Icchank dan semuanya, saya mohon lanjutkan apa yang telah kita bangun bersama. Saprin, Enhal, Rahman, taufiq dan semuanya adik-adikku angkatan 23 salam jabat tangan hangat dari saya. Kalian berempat adalah orang yang paling saya banggakan yang saya harap bisa melanjutkan cita-cita saya.
Saprin, berhentilah sejenak dan lihat sekelilingmu betapa banyak orang yang butuh engkau berada didekatnya. Enhal, kamulah pelanjut dipenerbitan yang paling berpotensi tapi ingat jangan terus marah-marah! Berjanjilah atas nama organisasi kita!. Taufiq, kamu juga saya harapkan bisa bersama, karna jujur engkau juga adalah salah satu harapan besar saya,banyak juga sahabat kamu yang butuh kamu jadi sisipkanlah sedetik waktu pacaranmu untuk sahabat kamu. Dan kamu Rahman, kamulah yang paling tergagah diantara kalian berempat bahkan melebihi saya jadi pergunakanlah itu untuk terus membimbing adindamu angkatan 24 dan juga memberi nasehat terhadap ketiga sahabatmu.
Adindaku angkatan 24, engkaulah harapan terbesar kami dan saya secara pribadi mengharap kalian untuk bisa melanjutkan apa yang telah kami bangun dengan susah payah. Janganlah pernah berfikir bahwa seniormu jauh dan membeda-bedakan kalian. Saya mohon dengan sangat, jangan pernah mengecewakan dan meruntuhkan harapan besar kami terhadap kalian. Teruslah berkarya dengan sejuta inspirasimu karna kalianlah sang pujangga peradaban baru didunia modern yang akan memberikan tabir senyum baru untuk organisasi dan Indonesia kita.
Teruslah berkarya saudaraku....!!!
Surat ini saya tulis karna ketidak sanggupan saya untuk menjamin kemampuan saya menahan tetesan air mata saya mengalir ketika saya mengungkapkan beberapa rentetan kalimat ini. Tapi saya harap saudaraku sekalian tidak menganggap saya sebagai seorang pengecut.
Teruslah berkarya kawan, ingat apa yang pernah saya katakan bahwa “ semua orang akan sirna ditelan masa kecuali mereka yang mengabadikan dirinya dalam sebuah tulisan “
Ttd.
M. YusdhienK