Jika boleh dikatakan, sebenarnya arah dan tujuan pendidikan di Indonesia berada pada titik nadir. Mulai dari penetapan kebijakan – kebijakan pemerintah hingga ideologi sang pengajar yang mulai terkikis. Hal itu mengakibatkan lembaga pendidikan tidak lagi menjadi ladang penyemai kecerdasan manusiawi tetapi hanya menjadi ruang kebohongan dan pasar yang potensial.
Tidak dapat dipungkiri, masalah internal dalam pendidikan terkait erat dengan masalah eksternal pendidikan. Masalah eksternal oleh para agen pembuat kebijakan yang jarang melihat kondisi riil lokasi pendidikan. Seperti model kebijakan yang sekarang menjadi perbincangan civitas akademika kampus Politani Pangkep, Merger with UNHAS.
Tak heran kebijakan yang tidak mempunyai sumber pasti menciptakan permasalahan baru bagi masyarakat kampus. Bukan hal yang naif jika masalah ini tidak di diskusikan di terotoar lingkungan kampus. Entah kenapa kata ini bisa berada pada suasana kampus yang sampai sekarang belum ada kemajuan yang signifikan setelah pasca turunnya pemegang rezim dulu, atau ini hanya iklan semata yang lambat laun akan berhenti dengan sendirinya. Merger adalah konsep dari pelaksana tugas Direktur yang beberapa waktu lalu dilantik, yang jadi pertanyaan sekarang adalah apakah MERGER ini merupakan salah satu rekomendasi tugas bagi pelaksana tugas Direktur dari DIKTI atau ada apanya dengan … ???.
Efek dari kebijakan yang konon tidak mempunyai legistimasi itu, seharusnya menjadi bahan renungan bagi civitas akademika Politeknik Pertanian Negeri Pangkep agar mawas diri. Kenapa harus orang lain yang datang memperbaiki rahasia dapur kita, mengapa tidak bersama-sama saling bergandengan untuk memberikan yang terbaik bagi padepokan kita, kenapa, kenapa harus mereka yang tidak tahu apa maunya, kenapa, ada apa sebenarnya dengan pribadi kampus kita ???.
Asset kampus ini sangat banyak yang dapat dijadikan ikon. Potensi kampus ini seharusnya menjadi pilar utama untuk menjadi buah bibir masyarakat di kawasan timur Indonesia. Namun, apakah kita bisa dan bersungguh-sungguh mencapai tujuan itu. Subtansinya adalah kesungguhan hati nurani untuk memperbaiki semuanya, bukan siapa, bukan mereka, tapi kita masyarakat Politeknik Pertanian Negeri pangkep. Kata MERGER bukan menjadi alternative satu-satunya dalam memperbaiki kampus ini, masih banyak diantaranya perbaikan pelaku pelaksana sistem, transparansi yang optimal, dll. May be yes, may be no apakah semuanya sudah berjalan dengan prosedur yang ada, hanya tuhan dan pelaksana sistem yang dapat menjawabnya.
MERGER dimaksudkan untuk memperbaiki kampus ini, mulai dari yang kecil sampai yang besarnya. Tetapi, apakah setelah MERGER semuanya akan berubah dengan nyata. Tidak MERGER saja sudah kacau balau. Kemudian para pengajar yang bergelar magister dan doktor selama ini apa yang dilakukan, sudah bisa mempertanggungjawabkan sumpah PNS dan gelar yang dimiliki. Kenapa harus orang sana yang mempunyai tujuan yang mulia untuk membantu kita, kenapa bukan anda-anda yang DOKTOR.
Permasalahan rumah tangga sendiri tidak mampu diselesaikan, namun berbicara masalah UUD (Ujung-ujungnya Duit), tunjangan, proyek, dll, buset semuanya rajin datang ke kampus. Tidak usahlah berbicara yang lainnya, inti utamanya disini hanyalah kesungguhan kita semua untuk berjalan & bekerja sesuai dengan apa yang telah ada. Kembalikan kepada diri kita masing-masing, jawabannya ada pada diri kita , bukan tanyakan pada rumput yang bergoyang ???.
Ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan)
Ing madya mangun karsa (di tengah, pendidik harus menciptakan prakarsa dan ide)
Tut wuri handayani (dari belakang, pendidik harus bisa memberikan dorongan dan arahan)
Menjadi Orang Penting Itu Baik, Namun Menjadi Orang Baik Itu Lebih Penting… ! ! !
"Mari Didik Penguasa Dengan Perlawanan" Zulkarnaen Musada
Blogger templates
Sabtu, 02 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Bercermin dari sejarah dan torehan emas sejak pendirian PPNP (dulunya: Poltek UNHAS) menjadi renungan akan eksistensi dan kiprah Lembaga Pendidikan tinggi POLITANI PANGKEP .... Apa sebenarnya yang mesti dilakukan??? harus memulai dari mana???, Renungan saja tidak cukup,, positif thinking (masihkah diperlukan??).. atau positif feeling (sudah terbenam oleh nafsu amarah???).. carut marut permasalahan internal kampus, berimbas pada citra.... dengan apa kita menebus kekhilafan atau DOSA (Kalau itu disebut berdosa).. Diperlukan pergeseran paradigma pola berpikir (Mind set) dalam Pengelolaan Perguruan Tinggi yang "PrOJECT Oriented" menjadi "best practice oriented" dalam suasana keterbukaan, harmonis, solid dan kapabel menuju organisasi yang sehat... Apa yang didambakan oleh Mahasiswa dan (pengurus lembaga MHS)jauh panggang dari api... Yang tersisa hanyalah penyesalan, dan tentunya memetik HIKMAH dari apa yang telah terjadi. PPNP ke depan akan bangkit dari keterpurukan JIKALAU TRIDHARMA ditopang oleh TIGA PILAR PENGELOLAAN: 1. Manajemen yang transparan dan akuntabel 2. Organisasi yang sehat (Kondusif) 3. kepemimpinan (Leadership) yang "three-able" (capable, credible dan acceptable)...
semoga dhody
Makasi pak atas partisipasinya....... (PI_REK)
Posting Komentar